"Apa dia melakukan sesuatu kepadamu?" "Yah, kurasa ..." aku dulu yakin dia mencoba menyakitiku, namun kini aku tak yakin. Kepalaku yang berdarah juga bukan karena perbuatan hantu itu. Itu karena kecerobohanku akibat kepanikanku sendiri."Leherku berdarah dan sepertinya tadi ia mencobamelepas jimat dari wajahnya." "Ya, aku ingat. Aku juga melihatnya. Tapi apa ada sesuatu yang lain terjadi?" Aku sama sekali tak bisa menjawabnya. Aku tak yakin harus menjawab apa."Aku tahu Nak, situasi ini amat berat untuk dijalani..." "Maaf, saya benar-benar tidak tahu ..." "Tak apa-apa." beliau mulaimenjelaskan agar segalanya terdengar masukakal bagiku. Mungkin mengatakan bahwa beliau sedang "menguliahiku" adalah istilah yang tepat. Pertama dan yang paling penting, makhluk yang baru saja menampakkan diri tadi adalah semacam roh atau lebih tepatnya monster. Aku bertanya apa ia jahat, namun beliau tampaknya tidak memiliki jawaban yang jelas atas pertanyaan itu. Beliau mendapat kesan yang jelasbahwa makhluk itu semacam roh yang "gelap", namun beliau tak merasakan hal-hal yang"kejam" dari makhluk itu. "Bahkan jika suatu roh tidak bermaksud jahat, hal-hal seperti ini bisa terjadi jika mereka terlalu kuat." Beliau menjawab,"Wanita itu ... roh itu ... sudah sendirian sejak waktu yang sangat lama. Ia melewati waktu bertahun-tahun, ingin agar seseorangberbicara dengannya, menyentuhnya, melihatnya, atau hanya sekedar menyadarinya. Roh itu melihatnya dalam dirimu dan ketika kau memperhatikannya, ia menjadi sangat senang. Nah sekarang, jangan salahpaham akan apa yang akankukatakan, namun dibandingkan wanita itu, kau lebih lemah. Karena itulah kau merasa takut dan karena itu pulalah tubuhmu bereaksi sangat kuat jika ia hadir." Cara beliau berbicara sangatlah tenang dan perlahan, seakan ia berbicara denganseorang anak kecil. Aku masih tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku dulu berpikir roh itu jahat, namun kini setelah mendengar penjelasan Miss Akagi ... ah, aku tak tahu apakah yang dikatakan Miss Akagi itu benar ataukah ia hanya mencoba membuatku tak merasa takut lagi. "Nah, sekarang mari kita lakukan sesuatu untukmu. Ini akan memakan waktu, namun yakinlah ... aku pasti menolongmu!" kata-kata itu membuatku merasa lebih baik. Aku merasakan kelegaan ketika aku mendengar ada harapan untuk lepas dari ini semua. Aku akan menulis di sini apa yang beliau katakan kepadaku. Aku takkan melupakan kata-kata ini. "Jika sesuatu terlalu menakutkan untuk dilihat, atau kau tak mengerti apa itu, ingatlah bahwa ia merasakan rasa sakit, samaseperti yang bisa kau rasakan. Raihlah dan cobalah tolong dia. Mungkin itulah yang ia tunggu-tunggu selama ini." Miss Akagi mulai membaca kitab suci. Tak seperti apa yang kuduga, ternyata beliau tidak sedang mengusir roh itu, melainkan untuk membuatnya tenang. Malam itu, kepalaku teramat sakit dan leherku terasa seperti terbakar, namun aku tertidur sangat nyenyak. Miss Akagi membiarkanku menginap di sana karena yah, menurut beliau aku masih bertingkah sangat aneh.
Aku ingin bangun sepagi mungkin keesokan harinya,namun ketika aku menemukan Miss Akagi pagi itu, beliau sudah menyelesaikan ibadah paginya. "Selamat pagi, Tomohiko. Basuhlah wajahmu dan sarapanlah. Jika sudah selesai, kita akan pergi bersama-sama ke kuil utama." Sebelumnya akan kujelaskan. Agama Buddha memiliki banyak sekte dan Miss Akagi adalah pemimpin salah satunya. Sekte yang beliau pimpin memiliki sejarah panjang, bahkan disebutkan dalam buku teks. Ada banyak orang di penjuru Jepang yang mengikuti sistem kepercayaan yang sama. Walaupun sistem kepercayaan mereka sama,namun karena kondisi geografis, baik bagian timur dan barat Jepang memiliki kuil utamanya sendiri-sendiri. Karena aku berada di Nagasaki, maka kami berkiblat pada kuil yang ada di barat, yang letaknya cukup jauh dengan kuil dimana Miss Akagi tinggal. Miss Akagi memberikan dua alasan mengapa kami harus pergi ke kuil utama. Pertama karena aku nampaknya memiliki suatu"skill" atau ketrampilan yang rasanya harus diasah.Aku sendiri tak bisa menjelaskannya, namun beliau mengatakan hal itu penting. Alasan lainnya karena kami harus melakukan semacam upacara peringatan bagi arwah yang mengikutiku, agar ia menemukan kedamaian dan jalan menuju ke sisi yang lain. Nenekku adalah yang paling bahagia ketika mendengarnya, namun ayahku tampak tak begitu setuju karena beliau belumbegitu mempercayainya. "Tak apa-apa Yah," kataku pada beliau, "Aku akan kembali."Ketiika kami tiba, seorang pemuda sudah menunggu kami. Ia menyambut Miss Akagi dan kamipun pergi ke sebuah bangunan kecil di samping kuil utama ketika kami kembali disambut oleh lebih banyak orang yang bekerja dan tinggal di dalam kuil tersebut. Bahkan dengan penganut sebanyak itu, Miss Akagi masih tampak rendah hati. Di sana aku menyadari bahwa beliau cukup dikenal luas di Jepang dan akan mengunjungi berbagai kuil sepanjang tahun. Miss Akagi mengatakan bahwa perjalanan-perjalanan itu kadang membuatnya kesepian, namun beliau senang bisa berpergian di usia seperti itu. Maka di sinilah aku, jauh dari kedua orang tuaku dan terpaksa tinggal di kuil ini sembari menunggu MissAkagi pulang dari perjalanannya. Awalnya aku merasa seperti sebuah beban bagi kuil ini karena diperlakukanseperti tamu. Oleh sebab itu aku kemudian membiasakan diri melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan orang lain di sini agar tidakmerasa canggung. Kupikir Miss Akagi juga berperan dalam meyakinkan semua orang di sini untuk menerima kehadiranku. Ketika aku berada di sini, aku menyadari betapa beruntungnya aku. Aku berjumpa dengan seorang wanita yang dihantui siluman ular selama 40 tahun, dan bahkan keluarganya sudah porak poranda akibat kutukan iblis itu. Ia tak lagi memilikikerabat, padahal keluarganya berasal dari garis keturunan samurai yang mashyur. Aku tak tahu jika ada orang-orang yang kondisinya lebih buruk ketimbang aku. Entah apakah karena kebiasaan yang kulakukan di kuil ini, karena lingkungan dimana aku tinggal, ataukah karena bimbingan Miss Akagi sebelum ia meninggalkanku di sini, namun aku mulai secara perlahan mendapatkan kembali keberanianku. Namun itu tentu tidak berarti aku tak merasa takut ketika tiba-tiba aku merasa roh itu berada dekat denganku. Aku masihmerasa takut akan hal itu. Sebulan setelah aku tiba dikuil itu, Miss Akagi akhirnya kembali. "Wah, tampaknya ada yangmerasa lebih baik hari ini." beliau tersenyum ketika melihatku dalam keadaan segar. "Ini semua berkat Anda, Miss Akagi." "Dan apakah kau sudah melihatnya semenjak datang ke sini." "Tidak!" tentu saja aku tahusiapa yang beliau maksud,"Saya pikir ia sudah menyeberang ke alam lain.Lagipula, ini kuil utama bukan?" "Bagaimana kau bisa seyakin itu?" Tiba-tiba aku merasa wajahku berkedut dan Miss Akagi langsung menyampaikan dengan gamblang apa yang beliau maksudkan.
Aku ingin bangun sepagi mungkin keesokan harinya,namun ketika aku menemukan Miss Akagi pagi itu, beliau sudah menyelesaikan ibadah paginya. "Selamat pagi, Tomohiko. Basuhlah wajahmu dan sarapanlah. Jika sudah selesai, kita akan pergi bersama-sama ke kuil utama." Sebelumnya akan kujelaskan. Agama Buddha memiliki banyak sekte dan Miss Akagi adalah pemimpin salah satunya. Sekte yang beliau pimpin memiliki sejarah panjang, bahkan disebutkan dalam buku teks. Ada banyak orang di penjuru Jepang yang mengikuti sistem kepercayaan yang sama. Walaupun sistem kepercayaan mereka sama,namun karena kondisi geografis, baik bagian timur dan barat Jepang memiliki kuil utamanya sendiri-sendiri. Karena aku berada di Nagasaki, maka kami berkiblat pada kuil yang ada di barat, yang letaknya cukup jauh dengan kuil dimana Miss Akagi tinggal. Miss Akagi memberikan dua alasan mengapa kami harus pergi ke kuil utama. Pertama karena aku nampaknya memiliki suatu"skill" atau ketrampilan yang rasanya harus diasah.Aku sendiri tak bisa menjelaskannya, namun beliau mengatakan hal itu penting. Alasan lainnya karena kami harus melakukan semacam upacara peringatan bagi arwah yang mengikutiku, agar ia menemukan kedamaian dan jalan menuju ke sisi yang lain. Nenekku adalah yang paling bahagia ketika mendengarnya, namun ayahku tampak tak begitu setuju karena beliau belumbegitu mempercayainya. "Tak apa-apa Yah," kataku pada beliau, "Aku akan kembali."Ketiika kami tiba, seorang pemuda sudah menunggu kami. Ia menyambut Miss Akagi dan kamipun pergi ke sebuah bangunan kecil di samping kuil utama ketika kami kembali disambut oleh lebih banyak orang yang bekerja dan tinggal di dalam kuil tersebut. Bahkan dengan penganut sebanyak itu, Miss Akagi masih tampak rendah hati. Di sana aku menyadari bahwa beliau cukup dikenal luas di Jepang dan akan mengunjungi berbagai kuil sepanjang tahun. Miss Akagi mengatakan bahwa perjalanan-perjalanan itu kadang membuatnya kesepian, namun beliau senang bisa berpergian di usia seperti itu. Maka di sinilah aku, jauh dari kedua orang tuaku dan terpaksa tinggal di kuil ini sembari menunggu MissAkagi pulang dari perjalanannya. Awalnya aku merasa seperti sebuah beban bagi kuil ini karena diperlakukanseperti tamu. Oleh sebab itu aku kemudian membiasakan diri melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan orang lain di sini agar tidakmerasa canggung. Kupikir Miss Akagi juga berperan dalam meyakinkan semua orang di sini untuk menerima kehadiranku. Ketika aku berada di sini, aku menyadari betapa beruntungnya aku. Aku berjumpa dengan seorang wanita yang dihantui siluman ular selama 40 tahun, dan bahkan keluarganya sudah porak poranda akibat kutukan iblis itu. Ia tak lagi memilikikerabat, padahal keluarganya berasal dari garis keturunan samurai yang mashyur. Aku tak tahu jika ada orang-orang yang kondisinya lebih buruk ketimbang aku. Entah apakah karena kebiasaan yang kulakukan di kuil ini, karena lingkungan dimana aku tinggal, ataukah karena bimbingan Miss Akagi sebelum ia meninggalkanku di sini, namun aku mulai secara perlahan mendapatkan kembali keberanianku. Namun itu tentu tidak berarti aku tak merasa takut ketika tiba-tiba aku merasa roh itu berada dekat denganku. Aku masihmerasa takut akan hal itu. Sebulan setelah aku tiba dikuil itu, Miss Akagi akhirnya kembali. "Wah, tampaknya ada yangmerasa lebih baik hari ini." beliau tersenyum ketika melihatku dalam keadaan segar. "Ini semua berkat Anda, Miss Akagi." "Dan apakah kau sudah melihatnya semenjak datang ke sini." "Tidak!" tentu saja aku tahusiapa yang beliau maksud,"Saya pikir ia sudah menyeberang ke alam lain.Lagipula, ini kuil utama bukan?" "Bagaimana kau bisa seyakin itu?" Tiba-tiba aku merasa wajahku berkedut dan Miss Akagi langsung menyampaikan dengan gamblang apa yang beliau maksudkan.
Comments
Post a Comment