Skip to main content

REAL (chap 7)

Apa yang harus aku katakan? Mereka tak bisa melakukan apapun untuk menolongku dan sudah jelas bahwa aku juga tak mampu menyelamatkan diriku sendiri. Berteriak taktakkan mengatasi masalah dan justru membuatku merasa lebih buruk. Aku tahu bahwa tak sepantasnya aku membentak orang-orang yang lebih tua dariku, namun aku merasa sangat kacau saat itu. Aku berhenti kerja dan orang tuaku hampir kehilangan banyak uang. Aku meringkuk di kursi dan mulai menyesal telah kehilangan kendali tadi. Aku telah menyebabkan banyak masalah bagi orang-orang yang kucintai, namun mereka selalu saja berusaha sebaik mungkin untuk menolongku. Memikirkannya sekarang membuatku merasa malu dan aku pantas untuk mendapatkan apa yang terjadi setelahnya. Ayahku tak pernah menaikkan tangannya ke arahku seumur hidupnya. Namun di saat ia menampar pipiku, rasanya sangatlah sakit. Dan rasa sakit itu membuatku melupakan rasa perih yangmenyayat leherku. Aku sering bertengkar dengan ayahku, namun belum pernah sekalipun ia lepas kendali dan memukulku. "Minta maaf pada kakek dan nenekmu!" ia berkata dengan dingin. Entah bagaimana, perbuatan danperkataannya justru menenangkanku. Rasa putus asaku sejenak lenyapdan aku mulai bisa menenangkan diriku untuk meminta maaf pada keluargaku. Tekadku untuk menyelesaikan semua masalah ini bangkit kembali. Aku kembali menangis ketika melihat kakekku menangis dan mulai menyemangatiku ketika kami menuju ke kediaman Miss Akagi. Aku merasa sangat menyedihkan saat itu. Ketika kami tiba di kuil dimana Miss Akagi tinggal, aku merasa seperti beban di pundakku terangkat. Takada yang terjadi yang membuatku merasa sepertiitu, namun aku berasumsi bahwa semuanya akan baik-baik saja begitu kami tiba di sini. Ketika kami berjalan menuju gerbang kuil, kami disambut oleh seorang lelaki separuh baya. Aku mendapat kesan bahwa kediaman Miss Akagi sering mendapatkan pengunjung dan kakekku sepertinya salah satu dari mereka.
Kami diantar menuju ke belakang rumah dan masuk lewat sana. Kami diantar ke sebuah altar Buddha berukuran besar dimana Miss Akagi sedang berdoa. Ia berlutut dengan bantal menyangga kakinya di depan altar. Dia memalingkan wajahnya dengan perlahan ke arah kami dan menunggu seseorang untuk mengatakan sesuatu. "Tomohiko, tak apa. Miss Akagi akan merawatmu." Nenekku mendorongku ke arah Miss Akagi. "Sudah cukup lama, bukan? Kau sudah tumbuh sangat besar sejak terakhir kali kita berjumpa. Kau terlihat sangat tampan, Nak. Waktu benar-benar berlalu sangat cepat." Ia tersenyum dengan ramah. "Anda bisa merawat dia, bukan?" tanya nenekku, "Iaakan baik-baik saja?" "Tentu saja dia akan baik-baik saja," kakekku berkata pada nenek, "Kita baru saja tiba di sini. Berilah waktu bagi Miss Akagi, beliau belum tahu apa yang terjadi padanya." "Sayang, diamlah." balas nenekku, "Aku tak bisa berhenti khawatir pada Tomohiko, kau tahu itu." Aku tak mengerti mengapa,namun hanya dengan berdiri di depan Miss Akagimembuatku merasa aman. Aku merasa semua energi negatif yang ada dalam diriku seakan terusir keluartiap kali aku menghela napas di hadapannya. Dan orang tuaku juga nampaknya merasakan hal yang sama, walaupun rasa lelah masih jelas tergambar di wajah mereka. "Kalian berdua pasti sudah sangat capek setelah bekendara ke sini selama semalaman," kakekku pastijuga menyadari raut lelah di wajah orang tuaku,"Biarkan Miss Akagi melakukan keahliannya. Kalian berdua beristirahatlah di ruangan sebelah." Orang tuaku hanya mengangguk dan menuruti nasehat beliau. "Nah," Miss Akagi memanggilku dengan lambaian tangannya,"Tomohiko, ke sinilah!" Aku berlutut di depannya, mencoba sebaik mungkin meniru posisinya. Beliau kemudian menoleh ke arahkakek dan nenekku. "Aku akan meminta kalian untukpergi ke ruangan sebelah. Tak apa-apa bukan? Aku harus berbicara empat mata dengan cucu kalian. Jangan khawatir, aku akan menjaganya. Dan jangan kembali ke sini kecuali jika aku memanggil cucu kalian,mengerti?" "Tolong jagalah dia." kakekku membungkuk. "Tomohiko, jangan khawatir!" nenekku masih berusaha memberiku semangat ketika ia berjalanmeninggalkan ruangan,"Miss Akagi tahu apa yang beliau lakukan. Lakukan saja semua yang beliau katakan!" Ketika mereka menutup pintu di belakang mereka, aku bisa melihat mereka berurai air mata. Begitu mereka tak terlihat lagi, Miss Akagi mendekat ke arahku hingga kedua lutut kami bersentuhan. Ia mengenggam tanganku dan dengan hening menatap wajahku. Untuk suatu alasan, aku merasa bahwa ia hampir seperti orang tua bagiku. Aku merasa seperti kembali menjadi anak kecil dan akutak bisa berhenti mengusir perasaan bahwa ia sedang menatapku dengan matanya yang bijaksana. Walaupun tubuhnya lebih mungil daripada aku, aku merasa sangat kecil di hadapan kekuatannya yangsangat besar. "Apa yang harus kulakukandenganmu ..." aku tak punya jawaban atas pertanyaan itu, jadi aku hanya terdiam. Dia terus menatapku dan berkata kembali, "Tomohiko, apa kau takut?" " ... ya ..." "Aku sudah menduganya ...kau tahu, keadaan tak bisa terus-terusan seperti ini ..." ia menatapku dengan sungguh-sungguh. "Apa?" "Oh, jangan khawatirkan itu .... aku hanya bicara pada diriku sendiri." Apa maksudnya? Jangan khawatirkan ini, jangan khawatirkan itu ... aku mulai ketakutan lagi dan aku tak sanggup lagi menahan emosiku. "Uh, apa yang harus saya lakukan? Saya harap anda dapat menolong saya," begitu saya mulai mengucapkannya, kata-kata itu terus meluncur, " ... dan saya ingin tahu makhluk apakahini? Mengapa ia menempelpada saya? Saya ingin ini segera diakhiri. Bisakah anda melakukannya?"

Comments

Popular posts from this blog

Kangen Ibu

Malam ini adalah malam hari raya Idul Adha. Takbir bergema dimana-mana termasuk masjid depan rumah. Semua terlihat ramai, bergembira menyambutnya. Temen-temen banyak pulang kampung juga karena liburan yang lumayan lama sabtu-senin, mayanlah 3 hari. Merasakan hangatnya berkumpul dengan keluarga mereka. Entah kenapa malam ini gema takbir membuatku kangen dengan almh.ibu.. ibu sudah kembali ke tempat Allah yang kuharap adalah tempat terindah di sisi-Nya. Beliau meninggal tepat dibulan September 2012, dibulan yang sama dengan sekarang yaitu September 2016. 4 tahun sudah hariku tanpa beliau. Ibu adalah wanita terhebat yang ada dalam hidupku. Wanita tegar, sahabat, wanita tercantik, chef terhebat, guru terbaik untukku. Aku rindu bau masakkanmu yang selalu tercium sedap dari halaman depan rumah setiap pulang sekolah buk.. Rindu tidur dipelukkanmu, rindu usapan tanganmu dikepalaku, rindu mie instan buatan ibu khas untuk sarapanku yang entah kenapa selalu terasa istimewa dilidahku. Ibu

Orang Terdekatku

Hari ini aku ingin memperkenalkan keluarga keduaku. Mereka saudari, sahabat, rekan kerja dan teman saya tercinta. Kami yang disatukan oleh takdir Allah. saling mengingatkan dalam semua hal kebaikkan, mengingatkan sholat, saling berbagi susah, senang, sandaran, makanan, minuman, uang, bahkan sandal. Saling bantu pekerjaan, tidur, PKUZ ulangi inputan bareng-bareng, melakukan hal gila bersama. :) Diatas ada mbak Amel, dia sudahku anggap seperti saudariku sendiri, kakak perempuanku. Orangnya baik, islamnya kaffah, anaknya rame. Dia sendiri temen MTS nya suamiku. Dia dikantor bagian faktur. Kami setiap bulan rutin melakukan perjalanan keluar kota bersama sampai sampai tak jarang kami harus kesasar bareng. Dia juga sering membantuku jika ada masalah di program komputer. Jalan-jalan bareng, cari-cari masjid yang bagus berdua. Kemudian, disini ada khanifatul atau ifa, dia bagian kasir. Dia anaknya asik. Seneng jajan, apalagi waktu kami ke bank. Tiada hari tanpa yang namanya jajan.. Entah itu s

Pengalaman Ruqiah Mandiri

https://m.youtube.com/watch?v=uvTzEOohK2E Diatas adalah link download ruqiah mandiri 7 menit bersama ustd. Adam Amrullah. Saya mau bercerita sedikit tentang pengalaman saya mencoba ruqiah mandiri. biasanya dikantor jam sore setelah sholat ashar itu agak santai buat kami.(saya, amel& ifa). Iseng-iseng mbak amel menunjukkan video yang ditandai suaminya lewat facebook, mungkin gara-gara saya beberapa bulan ini lagi cari-cari info masjid di semarang yang ngadain ruqiah masal tapi gak nemu-nemu, jadinya saya langsung tertarik melihat video yang ditunjukkan, maka bersiaplah kami menonton video tersebut. Ada mbak ifa sebelah kiri, ditengah mbak amel dan saya di samping kanan mereka. Kami ndeprok/duduk dilantai seketika dengan menyiapkan plastik jikalau sampai kami tiba-tiba muntah.(karena baru dengar pengarahannya saja saya sudah merasakan pusing). Pertama ada pengarahan singkat dari ustd.Adam, seperti mengusap-usap perut dan dada saat pembacaan ayat suci dengan khusyuk, kemudi