Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2015

REAL (chap 11)

Aku membuka surat lain itu, yang ditandatangani oleh Miss Akagi. Ada dua lembar kertas dalam surat itu. Aku kemudian membacanya. Tomohiko, Maaf tidak menulis kepadamu sesegera mungkin. Ini Akagi, kau mengenali tulisanku kan? Sudah cukup lama semenjak semua kejadian itu, bukan? Apakah kau masih baik-baik saja? Aku harap kau sudah melepaskan ketakutanmu seluruhnya. Ketika kamu tiba di rumahku, aku merasa takut. Aku tak mampu menangani roh yang kamu bawa bersamamu. Ia terlalu kuat untukku. Namun kau saat itu sangat ketakutan, aku sangat mengingatnya. Karena itulah aku mengatakan pada diriku sendiri untuk memberanikan diriku. Jika aku jujur, saat itu aku tak tahu bisa menolongmu atau tidak. Aku pikir kita saat itu sedang beruntung.Bagaimana waktumu yang kauhabiskan di kuil? Kuharap kau mampu beristirahat selama di sana. Setiap kali aku kembali untuk mengunjungimu, aku selalu mengatakan kau belum bisa pulang. Apa kau ingat itu? Aku tahu jika kau melakukannya, sesuatu yang buruk akan terjadi

REAL (chap 10)

"Maaf, Nak. Aku tak berniat menakutimu, namun kau harus mengerti. Ada banyak orang di sana yang merasakan sakit, ini sudah tugasmu untuk menolong mereka, kau tahu?" aku merasa bahwa roh yang selalu mengikutiku termasuk di antaranya."Tomohiko, aku ingin kau tinggal di sini sedikit lebih lama lagi. Kau harus belajar terlebih dahulu." Aku melakukan apa yang beliau katakan. Aku masih merasa trauma atas pengalaman mengerikan yang aku alami dan kalau boleh jujur, aku menikmati tinggal di sini. Waktu terasa berjalan lebih lamban di sini dan aku merasakan secercah kedamaian. Aku berakhir tinggal di sana selama 3 bulan. Miss Akagi baru pulang semenjak itu dan aku sebenarnya merasa agak tak nyaman ketika berbicara dengan beliau kali ini, sebab aku mulai merasakan suatu kesedihan. Aku mulai merasa jauh dengan cara hidup dimana aku dibesarkan dan mulai merasa tak nyaman dengan hal tersebut. Ketika Miss Akagi pulang, aku juga sudah bersiap-siap untuk kembali ke rumah keluargaku.

REAL (chap 9)

"Apa dia melakukan sesuatu kepadamu?" "Yah, kurasa ..." aku dulu yakin dia mencoba menyakitiku, namun kini aku tak yakin. Kepalaku yang berdarah juga bukan karena perbuatan hantu itu. Itu karena kecerobohanku akibat kepanikanku sendiri."Leherku berdarah dan sepertinya tadi ia mencobamelepas jimat dari wajahnya." "Ya, aku ingat. Aku juga melihatnya. Tapi apa ada sesuatu yang lain terjadi?" Aku sama sekali tak bisa menjawabnya. Aku tak yakin harus menjawab apa."Aku tahu Nak, situasi ini amat berat untuk dijalani..." "Maaf, saya benar-benar tidak tahu ..." "Tak apa-apa." beliau mulaimenjelaskan agar segalanya terdengar masukakal bagiku. Mungkin mengatakan bahwa beliau sedang "menguliahiku" adalah istilah yang tepat. Pertama dan yang paling penting, makhluk yang baru saja menampakkan diri tadi adalah semacam roh atau lebih tepatnya monster. Aku bertanya apa ia jahat, namun beliau tampaknya tidak memiliki jawaba

REAL (chap 8)

"Tomohiko ..." "Aku tak melakukan kesalahan apapun!" rasa iba yang terpancar di mata beliau sama sekali tak membuatku tenang dan keputus-asaanku kembali terbit. "Maksudku, aku memang pergi ke tempat berhantu itu, namun bukan hanya saku. Ada orang lain di sana! Mengapa hanya aku yang harus mengalami semua ini? Apa karena aku melakukan hal tolol di depan cermin itu? Apa itu sebabnya? Aku sama sekalitak mengerti! Mengapa ini terjadi padaku? Mengapa???" "Keeeeeeahhhh .... paaaaaaaaaah ..... keaaaaaaaaaaah.....yaaaaaaaaaaah ..... paaaaaaaaaaaaah ...."Suara itu membuatku hampir melompat ketakutan. Aku tak tahu apa yang terjadi dan aku tak tahu apa yang coba dikatakannya, sebab suara itu sangatlah ganjil dan aneh. "Keeeeeeeeeaaaaaaah .... paaaaaaaaah ... " suaranyahampir seperti parkit, naik dan turun dengan intonasi yang benar-benar membuatku telingaku hampir tuli. Suara itu terus-menerus terulang dan akhirnya aku mengerti apa yang coba dikat

REAL (chap 7)

Apa yang harus aku katakan? Mereka tak bisa melakukan apapun untuk menolongku dan sudah jelas bahwa aku juga tak mampu menyelamatkan diriku sendiri. Berteriak taktakkan mengatasi masalah dan justru membuatku merasa lebih buruk. Aku tahu bahwa tak sepantasnya aku membentak orang-orang yang lebih tua dariku, namun aku merasa sangat kacau saat itu. Aku berhenti kerja dan orang tuaku hampir kehilangan banyak uang. Aku meringkuk di kursi dan mulai menyesal telah kehilangan kendali tadi. Aku telah menyebabkan banyak masalah bagi orang-orang yang kucintai, namun mereka selalu saja berusaha sebaik mungkin untuk menolongku. Memikirkannya sekarang membuatku merasa malu dan aku pantas untuk mendapatkan apa yang terjadi setelahnya. Ayahku tak pernah menaikkan tangannya ke arahku seumur hidupnya. Namun di saat ia menampar pipiku, rasanya sangatlah sakit. Dan rasa sakit itu membuatku melupakan rasa perih yangmenyayat leherku. Aku sering bertengkar dengan ayahku, namun belum pernah sekalipun ia lepas

REAL (chap 6)

Empat hari berlalu sejak upacara pengusiran setan yang gagal itu. Leherku mulai terlihat dan terasa lebih baik. Bekas itu masih ada, namun secara fisik aku merasa lebih baik. Demamku ini sudah turun dan aku tak punya banyak hal untuk kukeluhkan sejak rasa sakit ini mulai berkurang. Namun kelainannya kini tidak pada tubuhku. Mentalku menurun secara drastis. Entah apakah itu siang atau malam, aku selalu khawatir bahwa hantu itu akan menampakkan diri lagi. Aku tak bisa tidur saat malam dan aku bahkan tak berselera makan. Aku selalu memeriksa apakah ada yang aneh di sekitarku. Aku tak punya waktu untuk merasa lelah ataupun lapar. Setelah sepuluh hari, aku memperhatikan bahwa wajahku mulai terlihat berbeda. Aku bahkan hampir tak mengenali wajahku sendiri di cermin. Kondisi mentalku yang melorot sangat terpancar dari wajah dan penampilanku. Aku benar-benar tak tahan lagi. Jelas, dalam kondisiku seperti saat ini, aku sudah tak ingin lagi berurusan dengan "dunia normal". Orang tuaku

REAL (chap 5)

"Saya sudah memiliki niat membantu anda dengan datang ke sini. Maksud saya, saya hanya ingin menolong seorang teman di sini. Namun jika anda tak menginginkan bantuan saya, saya dapat pergi sekarang juga. Atau, saya bisa tinggal jika anda memberi saya 2 juta yen, sehingga saya bisa menyelamatkan jiwa anak anda. Saya pikir dengan semua resiko yang saya hadapi, harga itu cukup setimpal." Ia berbalik menatapku, "Anda sudah pergi ke banyak kuil untuk meminta bantuan, bukan? Dan saya berani bertaruh, mereka sama sekali tak peduli pada anda. Well, itukarena tak banyak orang bisa menangani situasi seperti ini. Apa anda ingin mencari bantuan dari mereka lagi?" Aku terdiam. Ketika Hayashi menyebutkan harga itu, aku menatap pada Ogawa yang terlihat sama terkejutnya dengan aku. Setelah berbicara satu sama lain selama beberapa saat, orang tuaku dengan enggan menyetujui harga itu. Hayashi kemudian mengatakan bahwa upacara exorcism (pengusiran setan) akan dilakukan malam ini dan i

REAL (chap 4)

"Halo!" aku mengangkatnya secepat mungkin. "Hei, apa kau baik-baik saja?" "Tidak... kondisiku tak begitu baik." Aku mencoba sebisa mungkin tak membiarkan perasaan menguasaiku, namun tangisku hampir pecah. "Oh, seburuk itu ya?" Kata 'buruk' bahkan tak cukup dekat untuk menggambarkannya. "Hei, bagaimana? Kau sudah menemukan seseorang untuk menolongku?" Ketika ia tak segera menjawabku, aku tahu ada sesuatu yang tidak beres. "Maaf, tapi aku belum menemukannya. Aku sudah menghubungi beberapa kawan lamaku, namun aku belum mendapatkan kabar apapun." "Apa? Jadi apa yang harus kulakukan?" aku tahu aku terdengar sangat memaksa dan terdengar egois, namun aku tak peduli. Dia harus menolongku! "Tenanglah sedikit, oke? Tak ada seorangpun yang kukenal bisa menolongmu. Namun mungkin ada seseorang, ia teman dari temanku. Temanku mengatakan ia sangat jago dan ia akan sangat senang menolongmu, namun ..." "Namun?&

REAL (chap 3)

Miss Akagi sangat lembut dan berbicara dengan ramah pada semua orang. Ketika aku masih duduk di bangku SMP, keluargaku memutuskan membeli sebuah tanah dan membangun rumah di atasnya. Aku tak tahu apa nama upacara itu, namun kami memiliki suatu kebiasaan untuk"membersihkan" rumah yang baru saja kami beli atau bangun. Nenekku memanggil Miss Akagi dan beliau sendiri yang memimpin upacara tersebut. Ternyata, menurut beliau banyak hal-hal "buruk" yang berkaitan dengan tanah itu, namun tak ada yang perlu kami khawatirkan setelah upacara itu selesai. Aku tahu aku bisa bergantung pada beliau. Karena aku menghabiskan hampir seharian berkeliling mencari pendeta di Tokyo, aku baru sampai di kota asalku jam 9 malam. Kota ini sebagian besar terdiri atas bangunan pabrik, jadi tidak seperti Tokyo, tak banyak orang berkeliaran di malam hari seperti ini. Aku berjalan dengan cepat dari pemberhentian bus kerumah orang tuaku, yang berjarak 20 menit. Jalanan hampir kosong, kecuali untuk

REAL (chap 2)

Aku tak begitu ingat apa yang terjadi setelah itu. Yang kutahu, aku sudah berjalan menuju sebuah supermarket dekat stasiun. Aku lega begitu melihat masih ada banyak orang di sana. Namun aku masih tak bisa melepaskan pikiranku terhadap apa yang baru saja terjadi. Sebagian dari diriku merasa marah, sebab rumahku diinvasi oleh sesosok makhluk mengerikan. Sementara sebagian lain dari diriku mencoba tenang untuk mengingat, apakah aku tadi mengunci kamar apartemenku atau tidak. Aku terlalu takut untuk pulang ke rumah dan memutuskan menghabiskan malam di supermarket itu hingga pagi. Aku pulang ketika fajar telah menyingsing dan melihat kondisi di dalam kamarku. Makhluk itu telah lenyap. Aku kembali pergi keluar, mencoba menenangkan diri dengan meneguk sekaleng kopi dari vending machine. Aku mulai berpikir, apa tadi malam aku benar-benar melihat sesuatu, ataukah itu hanya khayalanku saja setelah lelah bekerja seharian? Hal-hal seperti itu mustahil terjadi kan? Matahari semakin merangkak naik k

urban legend japan :REAL (chap 1)

Cerita ini mungkin tidaklah menarik bagi kalian sehingga aku akan menjaganya tetap sesingkat mungkin. Namun maaf jika kenyataannya cerita ini terlalu panjang. Inilah ceritaku. Pertama, kalian perlu mengetahui bahwa kerasukan atau diikuti oleh sesuatu yang bukan berasal dari dunia ini sama sekali tidaklah menyenangkan. Segalanya sangat berbeda dengan yang biasa kita lihat di televisi. Berdasarkan pengalamanku sendiri, lepas dari cengkeraman makhluk semacam itu tidaklah mudah. Satu atau dua kali upacara pembersihan tidaklah membantu. Kenyataan ini, walaupun tidak menyenangkan untuk didengar, perlu kukatakan kepada kalian. Jujur, tak semua orang yang mengalaminya bisa diselamatkan. Ceritaku sendiri dimulai dua setengah tahun lalu. Sebelum kejadian itu, kehidupanku berjalan sangat normal. Dari luar, kehidupanku amatlah sempurna. Namun masalahnya, kita takkan pernah tahu kapan semua itu akan direnggut dari kita.Tak seorangpun tahu. Kurasa aku harus memulainya dari awal. Pada saat itu, umurk